“Sayang,
minumlah anggur ini untuk merayakan pernikahan kita!”
“Tidak.
Aku tidak pernah meminum anggur sebelumnya.”
Perempuan
itu menuang kembali anggur ke dalam seloki suaminya. Hampir setengah botol
anggur ia minum sendiri setelah tak berhasil membujuk perempuan yang baru dua
belas jam lalu ia nikahi. Perempuan yang duduk di depannya menikmati wajah
lelakinya yang mulai memerah, semerah anggur yang sejak tadi membasahi
tenggorokannya. Perempuan itu sedang menunggu lelakinya meminum anggurnya
hingga puas, lantas keduanya akan menghabiskan malam pertama selayaknya
pengantin baru.
“Kamu
masih ingin minum, sayang?” tanyanya kapada lelaki yang sedang meneguk seloki
anggur entah untuk yang ke berapa kalinya. Lelaki itu hanya mengangguk sambil
memejamkan mata. Ia tidak membayangkan nikmatnya bercumbu dengan istrinya,
melainkan berharap seandainya istrinya menyediakan anggur lebih banyak lagi
untuknya. Untuk malam ini dan malam-malam selanjutnya.
Perempuan
itu telah bertanya untuk kesekian kalinya hingga ia merasa bosan. Jam pertanda
malam telah berdentang dua belas kali, tapi tak ada tanda-tanda bahwa suaminya
akan membopongnya ke ranjang dan menghabiskan malam pertama dengan
cumbuan-cumbuan mesra.
“Ayolah
sayang, minumlah! Seloki saja!”
Perempuan
di hadapannya diam dan membuang pandangan menembus sisa-sisa malam yang hampir
berakhir. Embun telah turun membasahi tiang-tiang beranda dan kursi tempat ia
duduk. Jaket hangatnya yang berulang kali ia rapatkan sama sekali tidak berpengaruh
pada tubuhnya yang hampir beku.
“Minumlah
sayang, kamu tidak akan lagi merasa kedinginan. Tidakkah kau tahu betapa
nikmatnya anggur ini?” lelaki di hadapannya kembali meneguk sisa-sisa anggur
yang ada di selokinya. Lantas ia akan meminta istrinya menuang kembali dari
botol yang tinggal seperempat isi.
Perempuan
di hadapannya masih membuang jauh-jauh padangannya menembus kabut yang
menghalau pandangannya. Merasakan udara dingin yang mulai menusuk ke hatinya.
Ternyata tubuhnya tidak senikmat anggur yang sejak tadi membuat sang suami lupa
pada malam pengantinnya. Ia mulai merasa malam ini akan berakhir sia-sia. Air
matanya meleleh di antara keremangan bulan separo meratapi sepasang pengantin
baru yang menghabiskan malam pengantin dengan beberapa botol anggur merah.
“Lihat
sayang, aku telah berhasil menghabiskan dua botol anggur ukuran jumbo,” ucapnya
bangga sambil tertawa semaunya.
Perempuan
di hadapannya masih diam tanpa memperdulikan ucapan lelaki yang mulai dianggapnya
gila. Lelaki yang rela menelantarkannya di malam pengantin hanya untuk
botol-botol anggur sialan itu. Barangkali jika ia mulai gila atau pura-pura
gila, ia akan menelanjangi dirinya dan memperkosa suaminya sendiri. Tetapi
tidak ia lakukan. Ia tidak akan menggadaikan harga dirinya di hadapan
anggur-anggur sialan yang mangacaukan malam pangantinnya. Ia tetap berperilaku
sopan dan anggun. Ia menuang anggur ke seloki milik suaminya setiap kali seloki
itu tampak kosong.
Perempuan
itu segera menyesal karena terburu-buru pindah ke rumah pribadi mereka. Jika
malam ini mereka masih bermalam di rumah orang tuanya, mungkin hal ini tidak
akan terjadi. Ayahnya bukan seorang peminum anggur. Ia yakin, ayahnya tidak
akan membiarkan menantunya menghabiskan malam pengantin dengan botol-botol
anggur seperti yang terjadi malam ini.
Gemericik
anggur yang terjun ke seloki milik suaminya terdengar menghinanya. Seandainya
anggur itu bisa berbicara, mungkin ia akan berkata, betapa menyedihkan dirimu malam ini. Kau bahkan tak berdaya mengajak
suamimu untuk segera membopongmu ke ranjang yang telah disiapkan untuk malam
pengantin kalian.
***
“Sayang,
aku telah menyediakanmu ratusan liter anggur di tempat penyimpanan yang sengaja
ku buat untuk anggur-anggurmu. Mungkin akan cukup untuk persediaan selama lima
tahun ke depan.”
“Owh, kau sungguh istri yang baik
sayang.” Lelaki itu lantas memeluk dan mencium istrinya berulang kali. Hanya
itu saja, tidak pernah berakhir di ranjang. Selanjutnya akan kembali terulang
masa-masa bercinta dengan anggur-anggur itu. Terlebih istrinya telah
menyediakan anggur untuk lima tahun ke depan, sehingga ia tidak akan lagi dihujat
suaminya hanya karena persediaan anggurnya habis.
Perempuan
itu tampak lebih tegar dari tahun ke tahun. Ia tidak lagi berharap suaminya
akan membopongnya ke ranjang dan menghabiskan malam untuk bercinta. Ia juga
mulai berani membawa lelaki lain ke rumah, menggantikan suaminya dalam urusan
ranjang. Bahkan berulang kali, ketika suaminya sedang di beranda dan bercinta
bersama anggur-anggurnya, perempuan itu lewat di hadapannya dengan lelaki lain.
Keduanya tampak jauh lebih mesra.
“Itu
suamimu?”
“Ya.”
“Mengapa
ia tidak menegurmu?”
“Sesungguhnya
ia tidak pernah menikah denganku. Ia hanya memasukan namaku ke dalam surat
nikah. Selebihnya, ia menghabiskan waktu untuk bercinta dengan
anggur-anggurnya.”
Lelaki
itu mengerutkan keningnya tak mengerti. Mungkin ia akan berpikir mereka adalah
pasangan yang aneh. Bahkan dari cerita si perempuan ia tahu, bahwa suaminya
tidak pernah mengajaknya bercinta hanya karena anggur-anggur sialan itu. Tetapi
ia lantas tahu, hasrat bercinta perempuan itu telah menggebu sejak sekian lama.
Lelaki itu lantas menerkam perempuan di hadapannya dengan buas.
Lelaki
yang sedang bercinta dengan anggur-anggur itu masih di beranda ketika ada
pertempuran yang sedang memanas di ranjang miliknya. Satu botol telah kosong
dan satu botol lagi tinggal setengah isi. Tiga puluh menit kemudian lelaki yang
bercinta di ranjang dengan istrinya kembali melewati beranda setelah
menyelesaikan pertempuran hebat.
“Duduklah
sebentar, temani aku menghabiskan botol anggur yang tinggal setengah isi ini!”
Lelaki itu kemudian duduk perlahan sambil melempar tatapan aneh ke arah
perempuan yang berdiri di sampingnya.
“Tidak
ada hal yang lebih nikmat selain meneguk anggur-anggur yang menggairahkan ini.
Terlebih jika minumnya ditemani. Tapi sayang, istriku tidak pernah bersedia
menemaniku minum akhir-akhir ini. Padahal lelaki selalu ingin ditemani. Tapi
sudahlah, tuan boleh bergabung kapan saja untuk minum denganku di meja ini.”
Lelaki yang baru duduk itu meneguk seloki anggur lantas mengundurkan diri.
***
“Sudah
berapa tahun aku tidak minum anggur?”
“Sejak
persediaan anggur selama lima tahun itu habis dan kau mulai terbaring lemah di
ranjang ini.”
“Berapa
tahun?”
“Tiga
tahun ini.”
“Itu
artinya aku telah terbaring di ranjang selama tiga tahun lamanya. Ranjang yang
biasa kau gunakan untuk bercumbu dengan para lelaki, kecuali aku.”
“Apa
kau merindukan anggur-anggurmu?” perempuan yang menunggui suaminya itu
mengalihkan pembicaraan.
“Tidak
lagi. Kini aku merindukanmu.” Perempuan di sampingnya diam sambil memainkan
ujung bajunya. Bertahun-tahun ia menganggap menikah dengan seorang lelaki gila,
sehingga ia pun harus bermain gila dengan para lelaki lain. Kini sang lelaki
berusia enam puluh tahun dan perempuan itu berusia lima puluh. Untuk pertama
kalinya lelaki itu tidak mengingat anggur. Untuk pertama kalinya ia menyadari
bahwa dirinya seorang suami yang diperlukan untuk menjadi teman bercinta
istrinya selama ini.
“Sayang,
bercintalah denganku!”
Istrinya
berdiri, tidak bersiap untuk telanjang, melainkan meraih seloki dan mulai
menuang botol anggur.
“Tunggu
aku hingga puas bercinta dengan anggur-anggur ini. Benar katamu, tak ada yang
lebih nikmat selain minum anggur.” Perempuan itu mengangkat seloki tepat ke
arah suaminya, layaknya ingin mengajak bersulam.
Yogyakarta, 27 November 2013
Karya : Weda S. Atmanegara
Mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY 2012
ᐈ Casino for real money No deposit bonus 2021
BalasHapusBest Online 바카라가입쿠폰 Casino Bonuses 2021 - 일본 야구 분석 사이트 Read all about No Deposit Bonus codes, Free 가입시 꽁머니 사이트 Spins, Deposit Bonus, and much more for 벳 페어 you to play with the best 가입시 꽁머니 환전 casino bonuses!